Minggu, 19 November 2017

Sejarah Makam Keramat Raden Ayu Nawangsih & Raden Bagus Rinangku



­­­
Sunan Muria ( Umar Said ) adalah salah satu tokoh terkenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa dan salah satu anggota Wali Songo. Sunan muria mendirikan pesantren di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.ia Memiliki banyak murid salah satunya adalah Rinangku (Raden Bagus Rinangku), ia memiliki Ketampanan dan kepandaian .Rinangku menjadi daya tarik tersendiri yang membuat seorang putri Sunan Muria bernama Nawangsih (Raden Ayu Dewi Nawangsih) jatuh hati dan mendapat sambutan dari Rinangku. Keduanya menjadi sejoli yang sedang jatuh cinta.

Sunan Muria mulai khawatir, dan berfkir cara menjauhkan hubungan mereka berdua. Kebetulan musim tanam padi telah berlangsung dan tanaman menjelang panen. persawahan milik pesantren Sunan Muria sangat luas dan menjangkau sampai ke desa yang lain salah satunya yakni Dusun Masin.Sunan Muria memiliki ide untuk dapat menjauhkan hubungan asmara putrinya. Dikirimlah Rinangku ke dusun Masin mengemban tugas menjaga tanaman padi di persawahan agar tidak diserang hama atau burung-burung pemakan padi sehingga diharapkan hasil panen akan melimpah. Jarak antara desa Colo dan Masin cukup jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.

 Berangkatlah Rinangku ke dusun Masin untuk menjalankan tugas yang diembankan oleh gurunya, yang artinya dia harus berpisah dengan pujaan hatinya dalam jangka waktu yang tidak ditentukan karena Rinangku harus bertempat tinggal di dusun Masin. Dari hari ke hari, Dewi Nawangsih yang dilanda mabuk cinta pada kekasihnya (Rinangku) tidak kuasa menahan rindu yang kian hari semakin dirasakan menyesakkan dada. Dengan kenekatannya, Dewi Nawangsih kabur dari tempat tinggalnya dan  berniat menyusul pujaan hatinya.

Sunan Muria curiga kepergian Nawangsih untuk menemui Rinangku yang memang dicintai putinya. Diutuslah beberapa santri ke dusun Masin untuk menyelidiki apakah Nawangsih benar-benar ada disana. Dugaan Sunan Muria sangat benar, beberapa murid yang mendatangi lokasi persawahan menjumpai kedua insan yang sedang mabuk kepayang sedang bermesraan melepas kerinduan di gubug, hingga tidak menghiraukan burung-burung  memakan buah padi. Salah seorang dari murid utusan tersebut balik ke pesantren untuk melaporkan kejadian yang telah dilihatnya. Beberapa murid tetap tinggal dan menegur Rinangku.setelah mengetahui informasi ,lalu Sunan Muria Bergegas bersama salah seorang murid yang tadi, menuju lokasi persawahan untuk melihat sendiri apa yang telah terjadi pada murid dan putrinya.Sunan Muria Membawa senjata panah untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di perjalanan, Sunan Muria dengan muka bergetar menahan marah, sampai ke lokasi yang ditunjukkan salah satu muridnya. Benar saja, kini matanya melihat sendiri apa yang telah terjadi dihadapannya. Rinangku dan Dewi Nawangsih sedang asyik memadu kasih di atas gubug melepaskan semua hasrat kerinduan yang selama ini dipendam. Sedangkan di areal lain murid-muridnya diam mematung tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dengan murka yang tak bisa dibendung lagi, dihunuslah satu anak panah diletakkan di busur siap dibidikkan ke sasaran. Dua insan yang sedang bergelora asmara tak menyadari apa yang tengah terjadi pada dirinya. Hanya teriakan kaget bercampur kesakitan tatkala mereka menyadari sebuah benda tajam menembus badannya. Dua tubuh yang sedang berpelukan itupun tak kuasa menahan laju anak panah yang menembus dada mereka berdua. Mereka kini jatuh terkulai dengan badan masih menempel karena tertembus anak panah. Mereka mengerang kesakitan menunggu ajal, dan teriakan kutukan-kutukan pun terjadi. Dikarenakan sudah tak kuasa lagi menahan amarah, Sunan Muria terlambat menyadari bahwa apa yang dilakukan baru saja telah menghabisi nyawa salah satu putrinya. Ia segera berlari menuju kedua jasad untuk memberikan pertolongan. Murid-muridnya yang berada disitu dipanggil agar turut membantu memberikan pertolongan. Namun justru yang didapati adalah situasi dimana para murid tersebut diam terpaku tak bisa berbut apa-apa karena shock mengalami peristiwa yang tak pernah dilihatnya seumur hidup. Sunan Muria menjadi marah lagi dan mengutuk para muridnya.

“ Melihat situasi ini, ternyata kalian hanya diam membisu saja, tak berbuat apa-apa. Dasar kalian. Kalian tak ubahnya seperti pohon-pohon di sekitar sini yang tak bergerak apa-apa melainkan hanya diam membisu..!”. Seketika para murid itupun berubah bentuk menjadi pohon-pohon yang mengelilingi areal tersebut. Dengan dibantu beberapa penduduk yang akhirnya datang mendengar kehebohan yang terjadi, maka jasad kedua manusia yang tertusuk anak panah, dimakamkan diarea tersebut hanya satu liang.

 


Lihat Profil SMK N 2 KUDUS :https://smkn2kudus.sch.id/ 
Lihat Twitter SMK N 2 KUDUS :https://twitter.com/smkn2kudus
Lihat Instagram SMK N 2 KUDUS:https://www.instagram.com/smkn2kudus/